Kesadaran akan pentingnya “back to nature”
memang sering hadir dalam produk yang kita gunakan sehari-hari. Saat ini
contohnya kita bisa melihat banyak masyarakat yang kembali ke pengobatan
herbal. Banyak ramuan-ramuan obat tradisional yang secara turun-temurun
digunakan oleh masyarakat untuk pengobatan. Sebagian dari mereka beranggapan
bahwa pengobatan herbal tidak memiliki efek samping.
Anggapan
itu tidaklah benar. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi diantaranya yaitu zat
aktif pada bagian tanaman berbeda-beda, misalnya saja Mahkota dewa, yang dijadikan obat adalah daging buahnya,
namun jika biji kulit ikut tercampur bisa mengakibatkan pusing, mual, dan
muntah. Selain itu waktu penggunaan misalnya Cabe jawa,
bisa memperkuat rahim ibu hamil di awal-awal kehamilan, tapi kalau diminum di
trisemester terakhir akan mempersulit proses kelahiran. Dan masih banyak lagi
seperti kadar air, serta kadar jamur pada simplisia (bahan alam yang digunakan sebagai obat, tetapi
belum mengalami pengolahan apapun kecuali pengeringan).
Penggolongan obat herbal di Indonesia ada 3 jenis yaitu;
A. Jamu
Jamu adalah obat tradisional yang disediakan secara tradisional, misalnya dalam bentuk serbuk seduhan atau cairan yang berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut serta digunakan secara tradisional. Pada umumnya, jenis ini dibuat dengan mengacu pada resep peninggalan leluhur yang disusun dari berbagai tanaman obat yang jumlahnya cukup banyak, berkisar antara 5 – 10 macam bahkan lebih.
Golongan ini tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai dengan klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris. Jamu yang telah digunakan secara turun-menurun selama berpuluh-puluh tahun bahkan mungkin ratusan tahun, telah membuktikan keamanan dan manfaat secara langsung untuk tujuan kesehatan tertentu.
Kriteria jamu antara lain adalah sebagai berikut:
- Aman
- Klaim khasiat dibuktikan secara empiris
- Memenuhi persyaratan mutu.
Simbol Obat Herbal Terstandar dan Produknya diIndonesia |
C. Fitofarmaka
Merupakan bentuk obat tradisional dari bahan alam yang dapat disejajarkan dengan obat modern karena proses pembuatannya yang telah tersandar, ditunjang dengan bukti ilmiah sampai uji klinik pada manusia. Dengan uji klinik akan lebih menyakinkan para profesi medis untuk menggunakan obat herbal di sarana pelayanan kesehatan. Masyarakat juga bisa didorong untuk menggunakan obat herbal karena manfaatnya jelas dengan pembuktian secara ilmiah.
Syarat fitofarmaka yang lain adalah:
- Klaim khasiat dibuktikan secara klinik
- Menggunakan bahan baku terstandar
- Memenuhi persyaratan mutu
- Proses pembuatannya yang telah terstandar,
- Ditunjang bukti ilmiah s/d uji klinik pada manusia yang memenuhi syarat
- ilmiah
- Protokol uji yang telah disetujui,
- Dilakukan oleh pelaksana yang kompeten,
- Memenuhi prinsip etika,
- Tempat pelaksanaan uji memenuhi syarat.
1. Nodiar® Kimia Farma, fitofarmaka diare
2. X-Gra ® Phapros, fitofarmaka lemah syahwat
3. Stimuno ® Dexa Medica, fitofarmaka modulator imun
4. Tensigard ® Phapros, fitofarmaka hipertensi
5. Rheumaneer ® Nyonya Meneer, fitofarmaka rematik
6. Diabmeneer ® Nyonya Meneer, fitofarmaka diabetes
Simbol Fitofarmaka dan Produk Fitofarmaka di Indonesia |
DAFTAR PUSTAKAAnonim, Ada 38 herbal yang bisa diresepkan dokter Indonesia.http://www.herbal.web.idRittrum center Cilacap, FITOFARMAKA 1 (Phytopharmaca/Phytopharmacy) (Clinical based herbal medicine).http://kendhilkencana.blogspot.comSarmoko. 2010. Jamu, Obat Herbal Terstandar (Oht) Dan Fitofarmaka. http://jamupdf.com//Sukandar, Elin Yulinah. 2009. Tren Dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-Teknologi Kesehatan. Bandung : Departemen Farmasi, FMIPA, Institut Teknologi Bandung.Suryana. 2011. Penggolongan Obat Tradisional. http:// penggolongan-obat-tradisional.html// akses 13 oktober 2011